Senin, 14 Juli 2014

kami sudah dewasa

Waktu cepat banget berlalu nggak terasa sekarang usia pemilik blog ini sudah 18tahun dan 19tahun dan yang paling kecil sudah 17tahun. Padahal waktu pertama kali blog ini dibuat kami baru berusia palingan berkisar 13 dan 14tahun dan yang paling kecil tentunya masih 12tahun dan saat itu kami masih duduk di bangku SMP. dan sekarang inilah kami yang dihadapkan oleh masa depan yang telah menanti kita di depan sana yang akan menjadi penerus bangsa ini.yang tak lama lagi bangsa ini akan beralih fungsi ke tangan kami para generasi muda yang sedang menuju jalan kesuksesaan. Banyak suka duka yang di lalui untuk sampai di tahap ini karena nggak mudah dan terjadi seleksi alam pula siapa yang mampu bertahan dialah yang maju sampai tahap selanjutnya dan saya bersyukur bisa lolos dari seleksi alam tersebut #maklum banyak teman-teman gugur di medan perang karena pergaulan bebasnya... sebenarnya nggak susah sih kalau mau lolos dimedan perang kemarin hanya kalau nggak disertai niat dan doa agar terlindung juga susah untuk maju trus. Yah namanya juga manusia selalu penuh dengan kesalahan,tapi nggak akan maju kalau nggak berani mencoba dan takut salah asal yang dilakukan masih dalam kategori baik saja. Saya Andi Faradilla Sandy telah resmi lulus dari bangku sekolah menengah atas sejak 20 mei kemarin bersama dewi hajar alfiani yang sekarang sudah berada dijakarta menjalani karantinanya di STIN. gue ucapkan selamat buat kamu sayangku semoga bisa jadi intel yang handal dan kalau ada apa-apa aku kan tinggal minta tolong dikamu saja deh beb huhuii,, trus penghuni blog lainnya yang sekarang sudah menjadi mahasiswa di UNDIP dan UNHAS selama setahun ini juga aku ucapkan lancar yah kuliahnya biar tujuan utama kita tercapai. Yah tapi itulah saking sibuknya dulu menyempatkan waktu untuk menulis atau sekedar mencurahkan isi hati sejenak saja nggak sempat akhirnya sekarang baru ada waktu yang banyak untuk berbagi cerita. Sebenanrnya nggak tahu mau tulis apa mau bicarain apa yang pasti rasanya waktu cepat berlalu sudah tidak terasa kalau kita bukan lagi anak kecil atau anak sekolah melainkan sudah dewasa atau kalau mau dibilang masa remajaku sudah berakhir. Masa remaja yang paling dinikmati itu saat masih duduk di bangku SMA kelas 11 itu benar2 serasa di remaja banget dan benar-benar bisa nikmati hidup walau sesaat,yah namanya juga dunia nikmatnya sesaat saja kalau mau yang abadi di akhirat sonoo tapi bekalku belum ckup untuk kesana hehehe. yang mau aku sampaikan aku rindu masa sekolah ku dulu sekarang tanggal 14 juli yang berarti tahun ajaran baru sudah dimulai aduh jadi ingat masa-masa mos dulu paling takut deh waktu mos dulu habis selalu saja tidak menyenangkan yah tapi yang kayak begitu yang akan dikenang ke depannya benarkan reader?? buat adik-adik kelas yang sekarang sudah naik kelas dan ada yang mau lulus semangat trus yah sekolahnya nikmati waktu-waktu di sekolah sebaik mungkin ciptakan kenagan indah disetiap sudut sekolah yah adik adikku tercinta. Oia hari ini juga sekolah tercintaku SMANSA MERAUKE berulang tahun,selamat ulang tahun yah semoga jaya selalu smansaku. Haah skali lagi tanganku mengetik semua yang ada di otakku tanpa tahu apa yang sebenarnya hati ini ingin ungkapkan??

by : Faradilla

Jumat, 30 Agustus 2013

documentasi



Lebaran telah usai,sekarang kembali ke kehidupan semula. Hari-hari yang melelahkan,penuh les dan kegiatan yang pasti lebih melelahkan dari tahun-tahun lalu. Yah,tapi itu semua harus di nikmati karena in merupakan momen terakhirku untuk melaluinya. Aku sudah kelas 3 SMA di SMA NEGERI 1 MERAUKE. Saat memasukinya terasa berat karena harus belajar 3tahun untuk bisa masuk universitas,namun ketika sampai di tingkat terakhir rasanya begitu cepat waktu berlalu. Dari SMP-SMA semua sama,hanya karena sekrg sampai di tingkat tertinggi jadi terasa lebih berat untuk masa sekolah. Sejauh ini aku memang belum pernah mendapatkan teman-teman yang ingn berbaur bersama,yah walau tidak semua nya berbaur namun sebagian besar slalu bersama ketimbang memilih bersama kelompok tersendiri. Sebenarnya aku bingung apa yah inti dari tulisanku ini? Yang aku tahu,aku rindu bulan puasa,aku rindu masa sekolah,aku rindu jalan sama teman-teman,aku rindu ngerjain PR bareng teman-teman di sekolah pagi hari,aku rindu mengkritik guru dan teman-teman,dan masih bnyak lagi. Yahh semua yang kurindukan masiih bisa dilakukan saat ini sampai tiba saatnya hal itu tidak bisa terjadi lagi yaitu ketika hari kelulusan itu tiba (insya alloh jika tuhan berkehendak angktan kami lulus 100%). Kalau udah lulus pasti lebaran berikutnya nggak sama dengan tahun lalu,teman-teman pada keeluar kota,tarawe sendiri nggak sama-sama lagi,idul fitri yang datang kerumah biasanya banyak jadi nggak seperti biasa,yang dulunya sering kumpul dirumah siapa trus ke guru-guru,pasti bakal nggak sama lagi dengan kelak nantinya saat kuliah (amin ya alloh kami bisa masuk perguruan tingg) dan yaah semua psti serba berubah. Mumpung masih SMA atau masih sekolah,perbanyak deh dokumentasi bersama,karena seeburuk apappun itu pasti akan dirindukan bahkan mungkin menjadi lelucon yang akan dikenang dalam perjalanan hidup ini. Disarankan mendokumentasikan sesuatu jangan hanya dalam bentuk foto,video juga wajib karena bakal lebih enak saat ingin membuka lembaran masa lalu dulu..

by : Andi Faradilla :*

Minggu, 16 Juni 2013

Hujan dan Tentangnya


Awan masih sangat gelap, seminggu ini Merauke tak lepas dari guyuran nikmat sang Pencipta. Mungkin matahari memang sengaja tak dimunculkan ke langit Merauke satu minggu ini. Ini menjadi kenikmatan tersendiri bagi saya, untuk pribadi yang entah mengapa menggilai hujan dan menikmati tiap dentuman dahsyat awan saat sebelum atau selama hujan.

Hujan memang tetaplah hujan, peristiwa turunnya titik air dari awan yang telah berat mengangkat dan menampung uap air yang entah dimulai dari sudut daerah yang mana. Hujan tetap hujan selama masih air yang turun dari langit, dan belum terganti oleh hal lain. Hujan monyet misalnya.
Tapi ada yang lain saat setiap kali hujan turun. Mungkin ini hanya saya yang merasakannya, atau mungkin juga dirasakan orang lain di sekitar saya, yang masih tak pernah bercerita apapun saat hujan turun, selain eluhan takut karena bunyi Guntur yang membahana di langit. Ada perasaan yang menohok hati, begitu menusuk, mengorek luka lama, dan bahkan membawa fantasi baru yang ujungnya tetap pada sakit hati untuk saya.

Hujan memang selalu mempunyai cerita, hujan juga selalu membawa kenangan, dan hujan selalu menang telak untuk mengingatkan saya pada masa lalu, entah apapun itu kejadiaannya. Tapi curangnya, hujan lebih sering mengingatkan saya pada masa lalu yang bernuansa cinta, mungkin karena hujan memang membawa aroma romantis dibalik dinginnya udara yang ia sebabkan, dibalik suara rintikan air yang jatuh menyentuh tanah.

Sialnya hujan senja ini kembali mencurangi kenangan lainnya, hujan kali ini begitu telak menendang saya jatuh kedalam kenangan dan perasaan bersama mantan pengisi hati. Mungkin ini akibat terlalu lama menikmati status jomblo, atau  memang saya yang merindukannya, bukan raganya tapi kenangan dan perlakuan manisnya. Saya merindukan pelukan hangat darinya, genggaman erat tangannya, dan aroma tubuhnya. Tapi dalam hati, sejujurnya saya mengutuk kenangan perasaan ini.

Tak peduli dikutuk berapa kalipun, pasti ada saja suasana hujan yang membawa kembali perasaan itu. Mungkin ini sial atau salah saat menciptakan kenangan dulu, yang lebih sering kami berdua lakukan saat hari hujan.

Saya masih duduk di ranjang kamar saya, di sudut jendela kamar, dengan posisi duduk yang memungkinkan saya untuk menatap keluar jendela. Saya memeluk lutut sendiri dan mendaratkan dagu di atas lutut, seperti orang yang pasrah dan hanya meratapi nasib, begitu kira-kira tampang saya senja ini. Mata ini masih liar menjelajahi pemandangan di luar jendela, menikmati indahnya saat air mendarat di tanah, dan derasnya air yang berlomba turun ke bumi.

Dibalik tatapan liar mata, otak ini seakan diputar balikkan. Bentuk tubuhnya muncul, postur tubuh dengan tinggi sekitar 178 cm, rambut hitam yang agak ikal dan sedikit gondrong, hidung mancung, lekukan senyum dari bibirnya seakan nampak jelas muncul di hadapan saya. Ada perasaan senang karena masih bisa dengan jelas mengingat sesuatu tentangnya tapi ada perasaan yang tak kalah besarnya bersaing dengan perasaan senang. Perasaan yang menusuk hati begitu dalam, seperti menghujam dengan pisau berulang-ulang, hati yang terluka begitu dalam karena perlakuannya atau mungkin karena kebodohan sendiri.

Dan dari sekian kenangan manis yang selalu muncul, senja ini membawa kenangan tentang kepahitan yang berulang kali ia lakukan. Sebenarnya saya sadar dan tahu betul dengan apa yang ia lakukan, bahkan dia pun sering mengaku bahwa perbuatannya itu salah. Ya, dia mempermainkan beberapa wanita di hadapan saya, dengan jelas dan jalan cerita yang akan selalu sama dan berulang. Berulang kali juga Ia datang dan pergi pada saya, hanya singgah dan pergi lagi tepatnya. Saya tidak pernah menerimanya kembali, tidak dan tidak akan pernah, sudah terlalu hafal dan benar-benar paham dengan kelakuan bejatnya, kelakuannya yang selalu mempermainkan hati wanita seenaknya dan sesuka hatinya.

Sebenarnya sudah lama kami tidak berkomunikasi, yah setidaknya ini yang paling lama semenjak kata ‘putus’ memisahkan. Mungkin banyak pasangan setelah kata putus, mereka hilang kontak atau menjadi musuh, entahlah pengalaman saya masih sangat minim tentang cinta. Tapi bagi kami berdua tidak. Kata sayang dan cinta msih sering terucap dari mulut kami berdua, bahkan waktu untuk bersama semakin intens dibanding sebelum kata ‘putus’. Mungkin ini usaha untuk memperbaiki, merapikan kembali kepercayaan saya, menutup luka tusukan yang Ia ciptakan sendiri. Tapi itu percuma, itupun sudah lama, yah berbulan-bulan lalu, saat-saat terakhir kebersamaan sebagai mantan kekasih yang begitu dekat. Kedekatan yang mungkin menumbuhkan api cemburu pada mata wanitanya.

Ada yang masih belum terlalu berpihak padaku, mungkin seperti itu. Beberapa bulan terakhir yang benar-benar tanpanya, saya sudah terbiasa dan sangat terbiasa. Tapi entah mengapa atau mungkin ada yang salah dengan mereka, mereka yang selalu ada di samping saya, bersama saya, mendengarkan cerita, mereka serasa ingin membuat saya menjadi tak lupa dengannya. Mereka selalu mengungkit tentang dirinya, entah apa tujuan mereka, menguatkankah? Atau apa? Entah!.

Hujan senja ini, dari sudut jendela kamar. Ada rasa yang sama muncul, ini sejenis rasa sakit, sakit yang tidak dapat ditangkap oleh mata, sakit yang bukan ada diluar tubuh tapi sakit yang hati rasakan karena seberkas ingatan yang kembali terputar tentang kelakuanya.

Ini bukan cemburu, bukan dan sama sekali bukan, dapat saya pastikan itu!. Ini lebih pada persaan sesama wanita, perasaan mengerti, perasaan kasihan dan benci pada dirinya yang lagi dan lagi mengakibatkan luka dengan cara yang sama, cara yang berulang kali ia lakukan pada beberapa wanita dan ditunjukkan kepada saya.

Kamu, iya kamu masih belum berubah! Iya kamu belum berubah! Masih sama, sama seperti setiap hujan yang datang, datang dan mencurangi kenangan.
Farantiaz

Kamis, 23 Mei 2013

What I Feel Right Now


When I try my best, but I don't succeed
When I get what I want, but not what I need
When I feel so tired, but I can't sleep

And the tears come streaming down my face
When I lose something I can't replace
WHEN I LOVE SOMEONE, BUT IT GOES TO WASTE
Could it be worse?

And high up above or down below
When I'm TOO IN LOVE to LET IT GO
Tears stream down my face
I PROMISE I WILL LEARN FROM MY MISTAKE

But, WHO will try to FIX ME?

Selasa, 14 Mei 2013

Kamu, yang menenangkan

hai guys! postingan kali ini kita sedikit menghayal dan menggalau. happy reading :')


“mau ngapain ke bandara?! Kamu mau berangkat” sms ku lima menit yang lalu, sedikit khawatir dan gelisah karena pesanku tak kunjung dibalas.
“ia” balasan singkat darinya, membuat jantungku semakin tak berirama.
 Apa benar mau berangkat, apa ini maksud perkataanya 2 hari lalu tentang Kalimantan. Secepat itukah? Tanpa pamitkah? Aaaah!!. Pikiranku benar-benar campur adauk tak karuan, sangat gelisah. Aku coba yakinkan kembali pertanyaanku; 10 menit tanpa balasan, aku telpon berulang-ulang pun tidak di jawab. Ah! Air mata mulai mengalir di pipiku.
“syg, maaf yh baru dibls, td cm nganterin kk dan keluarganya, aku gk kmanamna, maaf jg td becanda :p” akhirnya balasan darinya mengisi inboxku, tidak tunggu lama aku segera menelponya. Percakapan kita di telepon berlangsung singkat, yah tidak seperti biasanya yang menghabiskan waktu berjam-jam, yang membuat kami bergantian melakukan panggilan; 10 menit. Sebenarnya sengaja aku akhiri teleponnya karena jantungku yang berdegup terlalu cepat, dan semakin tak berirama ketika dia mulai menyinggung rencana liburanku.

Yah, aku memang berencana mengunjungi Makassar, Surabaya, jogja dan Cirebon tempat kelahiranku, seorang diri dan untuk pertama kalinya tanpa orang tua atau keluarga, dan inilah yang akan menimbulkan pertengkaran antara aku dan dia. Dia yang 4 tahun lebih tua dariku dan kadang lebih terkesan sebagai kakak bagiku benar-benar khawatir dengan rencanaku, dan terus meyakinkan untuk tetap tinggal, sejuta kekhawatiran dia katakan bahkan sampai yang tidak mungkin terjadi. Begitulah dia, paranoid.

Tapi setelah kejadian tadi dan kata-katanya ditelpon membuatku berfikir ulang dengan rencanaku. Kejadain tadi benar-benar membuatku merasakan khawtir yang luar biasa. Tapi aku mencoba menepisnya. Ini pasti terjadi hanya karena mendadak, dan tanpa pemberitahuan dulu, kalau aku kan sudah 1 bulan yang lalu, seharusnya dia lebih siap dan mengerti toh hanya 3 minggu. Dan beginilah aku, egois.

Sudah dua hari berlalu, tapi aku masih dibuat tak tenang dengan kata-katanya. seperti ingin membatalkan keberangkatanku, tapi tidak mungkin karena tiket sudah ku pesan dan di bayarakan, papa bisa marah besar kalau tau aku ingin membatalkannya. Tapi sungguh benar-benar ada yang mengganjal hati dan pikiranku. Aku coba ceritakan hal ini pada sahabatku, “mungkin kamu ikutan parno gara-gara dia, bawa santai saja, Cuma sebentar kan?” katanya mencoba tenangkan hatiku. Tapi hati ini masih tidak tenang, sesak seakan berdiri berhimpit ditengah-tengah 8 orang obesitas di dalam lift.
Akhirnya aku putuskan untuk mengatakan padanya. Malam itu aku mampir ke rumahnya, sehari seelum jadal tiket liburanku. Kami duduk di sofa yang ada di teras samping rumahnya. Dia merapatkan jarak duduknya denganku dan menggegam tanganku. Aku pun menyandarkan kepalaku di bahunya dan mulai bercerita. Yah, inilah salah satu bagian favoritku darinya, ketika aku bercerita padanya tentang semua yang mengganjal pikiranku, kedewasaannya. Ia tidak hanya terasa sebagai seorang pacar bagiku, tapi juga sebagai kakak laki-lakiku. 

Percakapan kami terhenti, aku melirik jam tangan di tangan kiriku. “jangan diliat, aku masih kangen. Kalau perlu kamu bermalam di rumah, nanti aku yang bicara sama papa mamamu” ucapnya malam itu sambil tersenyum tipis. Bagian favoritku yang lain darinya; senyumnya.
Tapi waktu seakan tak pernah berpihak pada kami, tidak di hari biasa dimana aku yang terlalu disibukan dengan tuntutan les dari orang tuaku dan dia dengan tugas kuliah, futsal, dan organisasinya. Tidak juga untuk malam ini,  malam sebelum keberangkatanku besok pagi. Sudah setengah 10 dan aku harus segera pulang, yah sebelum telpon dari kakaku yang terlalu protektif padaku dan sedikit kurang bersahabat dengan pacarku tersambung ke handphoneku. Andai kami bisa lebih lama lagi berdua untuk malam ini.
Setelah pamit pada kakaknya yang asik meonton sinetron di tv, dia menawari untuk mengantar sampai rumah tapi aku menolak. Kami berjalan menuju pagar rumahnya, tempat motorku di parkirkan. Tangannya merangkul pinggangku, langkah kami terhenti sejenak tepat di depan pintu pagar rumahnya, aku melirik wajahnya, air mukanya terlihat tak rela. Lalu kecupan itu mendarat tepat di pipi dan keningku, lebih lama dari biasanya. Untuk bekal sampai pertemuan berikut katanya.
Jaga diri jaga hati
Ingat aku yang akan selalu pulang untukmu,
untuk cinta kita.

Rabu, 08 Mei 2013

Mencari Kebenaran



Mencari kebenaran merupakan tugas yang seharusnya disinergiskan antara indera, logika, dan perasaan.
Ketika mayoritas orang di luar sana berkata "percayalah dengan perasaanmu karena itulah yang benar", saya memiliki opini lain tentang hal tersebut.
Menurut saya, apa yang dikatakan perasaan adalah  perpaduan antara fakta dan opini, meskipun kekuatan perasaan memang sangat kuat.
Karena manusia bukan hanya diberikan perasaan namun juga akal, maka pastinya akalpun turut mengambil peranan untuk mendapatkan kebenaran.
Percayalah bahwa kebenaran sesungguhnya adalah ketika apa yang terlihat oleh mata dan terdengar oleh telinga kau olah dengan logikamu kemudian menghasilkan sesuatu yang masuk akal dan sinkron. Setelah itu perasaanmu pasti akan memantapkan pilihannya pada satu kebenaran yang sesungguhnya.

Minggu, 05 Mei 2013

Bersyukur

Sesuai judul postingan saya kali ini.

"Bersyukur"

Pasti kalian semua langsung mikir "Kenapa seorang Ade tiba-tiba ngepost soal ini, kerasukan kali ya"

Bisa dibilang saya memang kerasukan. Kerasukan "sesuatu" setelah 2 kali mengunjungi tempat anak-anak yang luar biasa meski dengan keterbatasan fisik mereka.

Tempat Ke-1 
Tempat ini diperuntukkan bagi anak-anak cacat ganda yang dibuang oleh orang tuanya dan ditemukan polisi. Tempat ini didirikan oleh seorang Ibu Guru yang benar-benar mulia. Kenapa saya bilang mulia, karena dia membangun tempat ini dengan usaha dan dananya sendiri. Dia juga tidak gentar meski dicerca orang, bahkan diusir karena takut lingkungan mereka tinggal tercemar oleh keberadaan anak-anak tersebut. Ibu itu membangun tempat itu dengan memaksimalkan segala yang Ia punya. Dengan niat tulus, bangunan dan fasilitas yang awalnya sangat kurang layak bertahap mulai membaik karena uluran dari para dermawan.
Ketika saya dan beberapa teman saya mengunjungi tempat ini, fasilitas terlihat sudah mulai memadai, meski masih kurang. Saya memasuki sebuah ruangan dan melihat mereka. Saya tertegun, diam, dan menguatkan diri agar tidak mengeluarkan air mata menyaksikan pemandangan tersebut. Anak-anak yang sayapun sulit membedakan gender mereka karena rambut mereka yang dipangkas nyaris botak dan mengenakan pakaian kurang layak tanpa terucap kata jelas menyambut kedatangan kami. Beberapa dari mereka masih bisa mendekat dan menyapa dengan segala keterbatasan yang mereka miliki. Saya duduk mendekati kumpulan mereka yang bisa diajak bercerita. Dengan wajah yang selalu memancarkan kebahagiaan mereka menceritakan diri mereka, keluarga, sekolah, dan tempat mereka tinggal saat ini. Mereka juga memperkenalkan saudara seatap mereka yang terbaring diatas box kasur. 
Ada yang lumpuh, tuna rungu, tuna wicara, polio, keterbelakangan mental, dan berbagai macam penyakit lainnya. Ada pula seorang bayi yang terkena hydrocephalus dan balita yang memiliki usus tidak normal.
Sehabis bercerita dengan mereka, saya mengitari ruangan tersebut dan menyapa mereka yang terbaring satu per satu. Mereka  yang bisa mendengar serta mengerti meski tak bisa membalas setidaknya akan memberikan isyarat, seperti menggerakkan tangan, memberikan senyum kecil, atau sedikit bergerak yang secara tersirat berkata bahwa mereka baik-baik saja dan senang dengan kunjungan kami.
Saya berhenti di suatu box karena melihat seorang anak meronta seperti meminta sesuatu, namun saya tidak mengerti. Tiba-tiba seorang anak lain yang sepertinya memiliki keterbelakangan mental mendatanginya dengan membawa gelas berisi sedikit air putih dan sendok. Ia lompat ke atas box si-anak yang meronta tadi dan menyuapinya dengan air. Sekejap saja, rontaan anak tadi berhenti. Saya tertegun melihat itu semua. Tetes demi tetes pun keluar dari mata saya, namun saya sembunyikan. Saya tidak mau terlihat sedih dihadapan mereka. Sayapun sempat menyuapi seorang anak yang hanya bisa melakukan sedikit gerakan di dalam box. Dengan lahapnya Ia menghabiskan apa yang saya berikan. Sembari  mengunyah Ia tersenyum meski tanpa kata. Sayapun menyunggingkan senyum bahagia saya membalasnya. Terlihat kenyamanan pada raut wajahnya, membuat saya merasa berguna ada di tempat itu.
Saya keluar dari ruangan itu dan duduk di tempat tamu. Saya melihat beberapa anak yang masih bisa bergerak bebas meski dengan kekurangan lainnya bermain melempar bola bersama. Setelah itu seorang anak tuna wicara berusaha menyanyi mengeluarkan nada-nada meski tanpa kata yang sempurna. Hari itu benar-benar tidak terasa berjalan begitu cepat. Saya dan teman-teman pun harus pulang. Saya benar-benar berat meninggalkan itu semua. Sebelum naik kendaraan, saya lagi-lagi tertegun ketika melihat salah satu diantara mereka membawa masuk tempat sampah kosong yang tadinya penuh dengan berbagai macam sampah para penghuni rumah.

Tempat Ke-2
Saya ke tempat ini dengan teman-teman panitia Year Book angkatan saya. Tempat ini jauh lebih baik dari tempat sebelumnya. Keadaan penghuninya juga lebih baik, dengan pakaian yang lumayan dan penampilan yang sesuai gender meski tetap dengan berbagai keterbatasan yang mereka miliki. Mereka berusaha menunjukkan kalau mereka bisa. Mereka bernyanyi, dan ada juga yang membaca puisi. Di tempat ini hampir semua anak bisa di ajak bercerita. 
Sayapun ngobrol dengan beberapa anak dan menanyakan cita-cita mereka. 
Ada yang ingin jadi dokter gigi, dokter, ulama, bahkan ibu yang baik.
Sayapun memberikan nasihat ringan untuk mereka agar mereka termotivasi.
Saat Magrib tiba, saya berwudhu untuk solat berjamaah. Setelah wudhu, saya tertegun melihat "mereka" sudah duduk berjajar rapi menunggu kami lengkap dengan mengenakan mukenah bagi wanita, dan kopiah serta sarung bagi yang pria. Saya segera duduk mengambil tempat untuk sholat sembari melirik adik-adik yang terlihat sempurna tanpa kekurangan saat mengenakan atribut sholat. Tiba-tiba seorang teman datang dan duduk di samping saya. Ia bercerita tentang adik laki-laki yang duduk di depan saya. Adik itu bilang "Aku pengen jadi guru ngaji kalau udah besar. Tapi aku bisa gak ya? Aku kan cacat". Sayapun langsung tertunduk, merenungi setiap kata yang diucapkan adik tadi dan langsung saja air mata saya menetes. Lagi-lagi saya seperti disadarkan oleh "sesuatu".
Hal sekecil apapun yang kami lakukan di tempat itu terasa membawa kebahagiaan besar buat penghuninya. Kamipun terpaksa harus pulang karena hari sudah larut. Dengan lambaian perpisahan dan kiss bye, sayapun meninggalkan tempat itu.


"Dia yang tidak sempurna mental dan fisiknya saja berusaha mengerti, membantu, dan mengasihi sesamanya yang lebih kurang beruntung dibandingkan dia. Lalu kenapa saya yang hidupnya lebih beruntung dari dia masih berpikir beribu kali untuk seperti itu?"

"Senyum dan raut bahagia bukanlah sesuatu yang sulit untuk diperlihatkan. Dalam kondisi sesulit apapun seharusnya yang kamu berikan untuk orang lain adalah senyum, karena bahagia dan kenyamanan orang lain sesungguhnya di mulai dari senyuman yang Ia dapat"

"Setiap manusia terlahir dengan diberikan bakat yang berbeda-beda. Tugas manusia adalah untuk menggali dan mengolah dengan baik bakat yang dimiliki. Kamu salah saat kamu merasa kamu tidak berbakat, karena sesungguhnya kamu yang belum memaksimalkan pencarianmu"

"Rasa tenteram dan nyaman yang sebenarnya adalah ketika rasa itu bukan hanya untuk kamu tetapi juga untuk orang disekitarmu"

"Melaksanakan tanggung jawab sama halnya dengan meningkatkan kualitas diri. Tidak harus sempurna, cukup melaksanakan tanggung jawabmu dengan ikhlas dan sekitarmu akan memberikan penghargaan dengan sendirinya"

"Bahagia adalah ketika kamu bisa membagikan kebahagiaanmu dengan orang lain yang harus berjuang untuk mendapatkan kebahagiaan di balik kekurangannya"

"Ketidaksempurnaan fisik seseorang tidak ada artinya di mata Tuhan ketika umat-Nya berdoa dan memohon ampun. Hanya iman yang menjadi pembeda kesempurnaan"

"Cita-cita yang sebenarnya mulia adalah cita-cita untuk menjadi orang yang berguna dengan usaha yang maksimal meski dalam keterbatasan"

Dalam sujud saat sholat jamaah bersama "mereka", saya merasa "mereka" jauh lebih sempurna dibandingkan saya. Mereka mungkin terlihat cacat di mata sesamanya. Tapi saya mungkin masih cacat di mata Pencipta karena iman saya yang benar-benar tidak sebanding dengan apa yang saya dapatkan dari-Nya. 

"Sesuatu" yang merasuki saya adalah sejenis pengingat untuk selalu bersyukur. Bersyukur bukan hanya ketika mendapatkan apa yang saya inginkan, namun juga bersyukur saat saya tidak mendapatkan yang saya inginkan. Karena pasti ada "kelebihan" di setiap pemberian-Nya. Dan ketika saya merasa tidak mendapatkan apapun, saya tetap harus mensyukuri itu karena masih banyak orang di luar sana yang lebih kurang beruntung dibanding saya. Karena apapun yang disyukuri dengan ikhlas akan membuatmu yakin kalau Tuhan-mu selalu memberikan yang terbaik untukmu.