Kamis, 23 Mei 2013

What I Feel Right Now


When I try my best, but I don't succeed
When I get what I want, but not what I need
When I feel so tired, but I can't sleep

And the tears come streaming down my face
When I lose something I can't replace
WHEN I LOVE SOMEONE, BUT IT GOES TO WASTE
Could it be worse?

And high up above or down below
When I'm TOO IN LOVE to LET IT GO
Tears stream down my face
I PROMISE I WILL LEARN FROM MY MISTAKE

But, WHO will try to FIX ME?

Selasa, 14 Mei 2013

Kamu, yang menenangkan

hai guys! postingan kali ini kita sedikit menghayal dan menggalau. happy reading :')


“mau ngapain ke bandara?! Kamu mau berangkat” sms ku lima menit yang lalu, sedikit khawatir dan gelisah karena pesanku tak kunjung dibalas.
“ia” balasan singkat darinya, membuat jantungku semakin tak berirama.
 Apa benar mau berangkat, apa ini maksud perkataanya 2 hari lalu tentang Kalimantan. Secepat itukah? Tanpa pamitkah? Aaaah!!. Pikiranku benar-benar campur adauk tak karuan, sangat gelisah. Aku coba yakinkan kembali pertanyaanku; 10 menit tanpa balasan, aku telpon berulang-ulang pun tidak di jawab. Ah! Air mata mulai mengalir di pipiku.
“syg, maaf yh baru dibls, td cm nganterin kk dan keluarganya, aku gk kmanamna, maaf jg td becanda :p” akhirnya balasan darinya mengisi inboxku, tidak tunggu lama aku segera menelponya. Percakapan kita di telepon berlangsung singkat, yah tidak seperti biasanya yang menghabiskan waktu berjam-jam, yang membuat kami bergantian melakukan panggilan; 10 menit. Sebenarnya sengaja aku akhiri teleponnya karena jantungku yang berdegup terlalu cepat, dan semakin tak berirama ketika dia mulai menyinggung rencana liburanku.

Yah, aku memang berencana mengunjungi Makassar, Surabaya, jogja dan Cirebon tempat kelahiranku, seorang diri dan untuk pertama kalinya tanpa orang tua atau keluarga, dan inilah yang akan menimbulkan pertengkaran antara aku dan dia. Dia yang 4 tahun lebih tua dariku dan kadang lebih terkesan sebagai kakak bagiku benar-benar khawatir dengan rencanaku, dan terus meyakinkan untuk tetap tinggal, sejuta kekhawatiran dia katakan bahkan sampai yang tidak mungkin terjadi. Begitulah dia, paranoid.

Tapi setelah kejadian tadi dan kata-katanya ditelpon membuatku berfikir ulang dengan rencanaku. Kejadain tadi benar-benar membuatku merasakan khawtir yang luar biasa. Tapi aku mencoba menepisnya. Ini pasti terjadi hanya karena mendadak, dan tanpa pemberitahuan dulu, kalau aku kan sudah 1 bulan yang lalu, seharusnya dia lebih siap dan mengerti toh hanya 3 minggu. Dan beginilah aku, egois.

Sudah dua hari berlalu, tapi aku masih dibuat tak tenang dengan kata-katanya. seperti ingin membatalkan keberangkatanku, tapi tidak mungkin karena tiket sudah ku pesan dan di bayarakan, papa bisa marah besar kalau tau aku ingin membatalkannya. Tapi sungguh benar-benar ada yang mengganjal hati dan pikiranku. Aku coba ceritakan hal ini pada sahabatku, “mungkin kamu ikutan parno gara-gara dia, bawa santai saja, Cuma sebentar kan?” katanya mencoba tenangkan hatiku. Tapi hati ini masih tidak tenang, sesak seakan berdiri berhimpit ditengah-tengah 8 orang obesitas di dalam lift.
Akhirnya aku putuskan untuk mengatakan padanya. Malam itu aku mampir ke rumahnya, sehari seelum jadal tiket liburanku. Kami duduk di sofa yang ada di teras samping rumahnya. Dia merapatkan jarak duduknya denganku dan menggegam tanganku. Aku pun menyandarkan kepalaku di bahunya dan mulai bercerita. Yah, inilah salah satu bagian favoritku darinya, ketika aku bercerita padanya tentang semua yang mengganjal pikiranku, kedewasaannya. Ia tidak hanya terasa sebagai seorang pacar bagiku, tapi juga sebagai kakak laki-lakiku. 

Percakapan kami terhenti, aku melirik jam tangan di tangan kiriku. “jangan diliat, aku masih kangen. Kalau perlu kamu bermalam di rumah, nanti aku yang bicara sama papa mamamu” ucapnya malam itu sambil tersenyum tipis. Bagian favoritku yang lain darinya; senyumnya.
Tapi waktu seakan tak pernah berpihak pada kami, tidak di hari biasa dimana aku yang terlalu disibukan dengan tuntutan les dari orang tuaku dan dia dengan tugas kuliah, futsal, dan organisasinya. Tidak juga untuk malam ini,  malam sebelum keberangkatanku besok pagi. Sudah setengah 10 dan aku harus segera pulang, yah sebelum telpon dari kakaku yang terlalu protektif padaku dan sedikit kurang bersahabat dengan pacarku tersambung ke handphoneku. Andai kami bisa lebih lama lagi berdua untuk malam ini.
Setelah pamit pada kakaknya yang asik meonton sinetron di tv, dia menawari untuk mengantar sampai rumah tapi aku menolak. Kami berjalan menuju pagar rumahnya, tempat motorku di parkirkan. Tangannya merangkul pinggangku, langkah kami terhenti sejenak tepat di depan pintu pagar rumahnya, aku melirik wajahnya, air mukanya terlihat tak rela. Lalu kecupan itu mendarat tepat di pipi dan keningku, lebih lama dari biasanya. Untuk bekal sampai pertemuan berikut katanya.
Jaga diri jaga hati
Ingat aku yang akan selalu pulang untukmu,
untuk cinta kita.

Rabu, 08 Mei 2013

Mencari Kebenaran



Mencari kebenaran merupakan tugas yang seharusnya disinergiskan antara indera, logika, dan perasaan.
Ketika mayoritas orang di luar sana berkata "percayalah dengan perasaanmu karena itulah yang benar", saya memiliki opini lain tentang hal tersebut.
Menurut saya, apa yang dikatakan perasaan adalah  perpaduan antara fakta dan opini, meskipun kekuatan perasaan memang sangat kuat.
Karena manusia bukan hanya diberikan perasaan namun juga akal, maka pastinya akalpun turut mengambil peranan untuk mendapatkan kebenaran.
Percayalah bahwa kebenaran sesungguhnya adalah ketika apa yang terlihat oleh mata dan terdengar oleh telinga kau olah dengan logikamu kemudian menghasilkan sesuatu yang masuk akal dan sinkron. Setelah itu perasaanmu pasti akan memantapkan pilihannya pada satu kebenaran yang sesungguhnya.

Minggu, 05 Mei 2013

Bersyukur

Sesuai judul postingan saya kali ini.

"Bersyukur"

Pasti kalian semua langsung mikir "Kenapa seorang Ade tiba-tiba ngepost soal ini, kerasukan kali ya"

Bisa dibilang saya memang kerasukan. Kerasukan "sesuatu" setelah 2 kali mengunjungi tempat anak-anak yang luar biasa meski dengan keterbatasan fisik mereka.

Tempat Ke-1 
Tempat ini diperuntukkan bagi anak-anak cacat ganda yang dibuang oleh orang tuanya dan ditemukan polisi. Tempat ini didirikan oleh seorang Ibu Guru yang benar-benar mulia. Kenapa saya bilang mulia, karena dia membangun tempat ini dengan usaha dan dananya sendiri. Dia juga tidak gentar meski dicerca orang, bahkan diusir karena takut lingkungan mereka tinggal tercemar oleh keberadaan anak-anak tersebut. Ibu itu membangun tempat itu dengan memaksimalkan segala yang Ia punya. Dengan niat tulus, bangunan dan fasilitas yang awalnya sangat kurang layak bertahap mulai membaik karena uluran dari para dermawan.
Ketika saya dan beberapa teman saya mengunjungi tempat ini, fasilitas terlihat sudah mulai memadai, meski masih kurang. Saya memasuki sebuah ruangan dan melihat mereka. Saya tertegun, diam, dan menguatkan diri agar tidak mengeluarkan air mata menyaksikan pemandangan tersebut. Anak-anak yang sayapun sulit membedakan gender mereka karena rambut mereka yang dipangkas nyaris botak dan mengenakan pakaian kurang layak tanpa terucap kata jelas menyambut kedatangan kami. Beberapa dari mereka masih bisa mendekat dan menyapa dengan segala keterbatasan yang mereka miliki. Saya duduk mendekati kumpulan mereka yang bisa diajak bercerita. Dengan wajah yang selalu memancarkan kebahagiaan mereka menceritakan diri mereka, keluarga, sekolah, dan tempat mereka tinggal saat ini. Mereka juga memperkenalkan saudara seatap mereka yang terbaring diatas box kasur. 
Ada yang lumpuh, tuna rungu, tuna wicara, polio, keterbelakangan mental, dan berbagai macam penyakit lainnya. Ada pula seorang bayi yang terkena hydrocephalus dan balita yang memiliki usus tidak normal.
Sehabis bercerita dengan mereka, saya mengitari ruangan tersebut dan menyapa mereka yang terbaring satu per satu. Mereka  yang bisa mendengar serta mengerti meski tak bisa membalas setidaknya akan memberikan isyarat, seperti menggerakkan tangan, memberikan senyum kecil, atau sedikit bergerak yang secara tersirat berkata bahwa mereka baik-baik saja dan senang dengan kunjungan kami.
Saya berhenti di suatu box karena melihat seorang anak meronta seperti meminta sesuatu, namun saya tidak mengerti. Tiba-tiba seorang anak lain yang sepertinya memiliki keterbelakangan mental mendatanginya dengan membawa gelas berisi sedikit air putih dan sendok. Ia lompat ke atas box si-anak yang meronta tadi dan menyuapinya dengan air. Sekejap saja, rontaan anak tadi berhenti. Saya tertegun melihat itu semua. Tetes demi tetes pun keluar dari mata saya, namun saya sembunyikan. Saya tidak mau terlihat sedih dihadapan mereka. Sayapun sempat menyuapi seorang anak yang hanya bisa melakukan sedikit gerakan di dalam box. Dengan lahapnya Ia menghabiskan apa yang saya berikan. Sembari  mengunyah Ia tersenyum meski tanpa kata. Sayapun menyunggingkan senyum bahagia saya membalasnya. Terlihat kenyamanan pada raut wajahnya, membuat saya merasa berguna ada di tempat itu.
Saya keluar dari ruangan itu dan duduk di tempat tamu. Saya melihat beberapa anak yang masih bisa bergerak bebas meski dengan kekurangan lainnya bermain melempar bola bersama. Setelah itu seorang anak tuna wicara berusaha menyanyi mengeluarkan nada-nada meski tanpa kata yang sempurna. Hari itu benar-benar tidak terasa berjalan begitu cepat. Saya dan teman-teman pun harus pulang. Saya benar-benar berat meninggalkan itu semua. Sebelum naik kendaraan, saya lagi-lagi tertegun ketika melihat salah satu diantara mereka membawa masuk tempat sampah kosong yang tadinya penuh dengan berbagai macam sampah para penghuni rumah.

Tempat Ke-2
Saya ke tempat ini dengan teman-teman panitia Year Book angkatan saya. Tempat ini jauh lebih baik dari tempat sebelumnya. Keadaan penghuninya juga lebih baik, dengan pakaian yang lumayan dan penampilan yang sesuai gender meski tetap dengan berbagai keterbatasan yang mereka miliki. Mereka berusaha menunjukkan kalau mereka bisa. Mereka bernyanyi, dan ada juga yang membaca puisi. Di tempat ini hampir semua anak bisa di ajak bercerita. 
Sayapun ngobrol dengan beberapa anak dan menanyakan cita-cita mereka. 
Ada yang ingin jadi dokter gigi, dokter, ulama, bahkan ibu yang baik.
Sayapun memberikan nasihat ringan untuk mereka agar mereka termotivasi.
Saat Magrib tiba, saya berwudhu untuk solat berjamaah. Setelah wudhu, saya tertegun melihat "mereka" sudah duduk berjajar rapi menunggu kami lengkap dengan mengenakan mukenah bagi wanita, dan kopiah serta sarung bagi yang pria. Saya segera duduk mengambil tempat untuk sholat sembari melirik adik-adik yang terlihat sempurna tanpa kekurangan saat mengenakan atribut sholat. Tiba-tiba seorang teman datang dan duduk di samping saya. Ia bercerita tentang adik laki-laki yang duduk di depan saya. Adik itu bilang "Aku pengen jadi guru ngaji kalau udah besar. Tapi aku bisa gak ya? Aku kan cacat". Sayapun langsung tertunduk, merenungi setiap kata yang diucapkan adik tadi dan langsung saja air mata saya menetes. Lagi-lagi saya seperti disadarkan oleh "sesuatu".
Hal sekecil apapun yang kami lakukan di tempat itu terasa membawa kebahagiaan besar buat penghuninya. Kamipun terpaksa harus pulang karena hari sudah larut. Dengan lambaian perpisahan dan kiss bye, sayapun meninggalkan tempat itu.


"Dia yang tidak sempurna mental dan fisiknya saja berusaha mengerti, membantu, dan mengasihi sesamanya yang lebih kurang beruntung dibandingkan dia. Lalu kenapa saya yang hidupnya lebih beruntung dari dia masih berpikir beribu kali untuk seperti itu?"

"Senyum dan raut bahagia bukanlah sesuatu yang sulit untuk diperlihatkan. Dalam kondisi sesulit apapun seharusnya yang kamu berikan untuk orang lain adalah senyum, karena bahagia dan kenyamanan orang lain sesungguhnya di mulai dari senyuman yang Ia dapat"

"Setiap manusia terlahir dengan diberikan bakat yang berbeda-beda. Tugas manusia adalah untuk menggali dan mengolah dengan baik bakat yang dimiliki. Kamu salah saat kamu merasa kamu tidak berbakat, karena sesungguhnya kamu yang belum memaksimalkan pencarianmu"

"Rasa tenteram dan nyaman yang sebenarnya adalah ketika rasa itu bukan hanya untuk kamu tetapi juga untuk orang disekitarmu"

"Melaksanakan tanggung jawab sama halnya dengan meningkatkan kualitas diri. Tidak harus sempurna, cukup melaksanakan tanggung jawabmu dengan ikhlas dan sekitarmu akan memberikan penghargaan dengan sendirinya"

"Bahagia adalah ketika kamu bisa membagikan kebahagiaanmu dengan orang lain yang harus berjuang untuk mendapatkan kebahagiaan di balik kekurangannya"

"Ketidaksempurnaan fisik seseorang tidak ada artinya di mata Tuhan ketika umat-Nya berdoa dan memohon ampun. Hanya iman yang menjadi pembeda kesempurnaan"

"Cita-cita yang sebenarnya mulia adalah cita-cita untuk menjadi orang yang berguna dengan usaha yang maksimal meski dalam keterbatasan"

Dalam sujud saat sholat jamaah bersama "mereka", saya merasa "mereka" jauh lebih sempurna dibandingkan saya. Mereka mungkin terlihat cacat di mata sesamanya. Tapi saya mungkin masih cacat di mata Pencipta karena iman saya yang benar-benar tidak sebanding dengan apa yang saya dapatkan dari-Nya. 

"Sesuatu" yang merasuki saya adalah sejenis pengingat untuk selalu bersyukur. Bersyukur bukan hanya ketika mendapatkan apa yang saya inginkan, namun juga bersyukur saat saya tidak mendapatkan yang saya inginkan. Karena pasti ada "kelebihan" di setiap pemberian-Nya. Dan ketika saya merasa tidak mendapatkan apapun, saya tetap harus mensyukuri itu karena masih banyak orang di luar sana yang lebih kurang beruntung dibanding saya. Karena apapun yang disyukuri dengan ikhlas akan membuatmu yakin kalau Tuhan-mu selalu memberikan yang terbaik untukmu.

Sabtu, 04 Mei 2013

Senior High School : Time to Learn Everything

Hi, personil Farantiaz! Hi readers, and also kepoers! 
It feels like more than a thousand year since my last post.
FYI, I did really busy last 2 years.

Senior high school, ini penyebabnya!
And I'll tell you why.
Anyway, delete your mind about common school first, because mine is very very unusual.

SMA saya ini adalah boarding school. So, there is a dormitory and I have to live there.
Mungkin di pikiran kalian, tinggal di asrama itu rasanya kayak Harry Potter yang serba magic, happy, and wonderful. Sayangnya, ini beda. Beda banget everybody! Hanya orang-orang yang berlapang pikiran dan hati, serta bermental baja saja yang tidak terkena seleksi alam selama 3 tahun di tempat ini.

There are so many freaking-rules. Yah, Freaking-Rules dan saking freaknya saya tidak bisa menjelaskan itu semua. Beberapa peraturan sudah pernah saya post di postingan saya yang terakhir entah berapa abad yang lalu. Kabar baiknya, hampir semua uncommon-rules sudah saya langgar, sayapun sudah merasakan yang namanya deg-degan ketahuan, diceramahin, ditatap sinis, sampai disidang, syukur belum dapat SP (surat peringatan).

Kalau masalah sekolah, di sekolah saya kalian bakal nemuin yang namanya guru sebagai teman juga sebaliknya. Guru-guru di sekolah saya bukan termasuk jenis guru killer karena murid dan guru diizinkan buat share everything, dan guru-guru akan membantu kami semaksimal mungkin. Guru kami juga bisa di ajak gila-gilaan. Tapi percayalah, meskipun begitu sekolah di tempat saya tidaklah mudah. 
We are Bilingual school, thats why I told you it's not easy and more difficult because we use Curriculum Plus, and it isn't as same as other common school.  Bayangin aja selama 5 semester kamu dijejelin semua pelajaran Sains dengan bahasa Inggris dan di semester 6 you have to remindset all of that buat UN yang pake bahasa Indonesia dengan sistim kebut-kebutan. Pokoknya hampir gak ada waktu buat yang namanya senang-senang kalau gak nyuri-nyuri, karena tugas dan ulangan akan datang silih berganti bahkan kadang bersamaan, dan kejamnya lagi adalah ketika ada deadline tugas, dan lebih dari satu ulangan di hari yang sama. You can imagine how stress I was, right? 

Tapi syukurnya saya gak terlalu bodoh, jadi meskipun saya dari ujung Timur dan lawan saya dari hampir semua bagian se-Indonesia saya bisa ngikutin dan selalu duduk di top 10, even actually in my opinion rank is not really important because increasing score is the most one.

"Kamu hanya dapat menilai sesuatu dari sisi negatif ketika kamu berada dalam situasi/tempat yang kamu rasa tidak nyaman, namun ketika kamu keluar dari situasi/tempat tersebut segala sudut pandang dari sisi positif akan terlihat jelas"

Di balik segala opini-semi-fakta negatif yang sudah saya ceritakan tadi, sisi positifnya juga tidak kalah banyak. Banyak pelajaran hidup yang bisa membuat kamu harus berubah menjadi orang yang lebih baik, meskipun tidak kamu sadari secara langsung. Tinggal seatap dengan ratusan orang yang kepribadiannya beraneka-ragam bakal ngebuat tingkat keegoisanmu berkurang. Toleransi tinggi juga bakal terbentuk. Kamupun bakal ngerasain bermacam-macam pandangan orang tentang kamu, juga sikapnya ke kamu. Banyak masalah yang bakal kamu hadapin. Kamu di tuntut untuk berpikir secara logis namun tetap match dengan nalurimu. Semua itu bakal bener-bener membantu kamu siap di dunia luar yang lebih kejam. Berbagai macam freaking-rules juga mengajarkan kita untuk disiplin dan patuh pada sesuatu yang baik.
Dan ada satu yang hanya bisa kamu dapat di sekolah boarding "Family in Friendship". Mereka teman-temanmu juga keluargamu. Keluarga yang akan membantumu di masa depan nanti. Keluarga yang akan tersebar dimana-mana dan secara gak langsung mereka akan memperluas jaringan kerjamu di masa depan. 

"No matter how much you hate school,you will miss when you leave"
Quote yang baru saja saya rasakan benar-benar real.

Dulu saya benar-benar benci sekolah saya, but now I do really miss every single moment there. 
I've got tons of experiences there. And now my Senior High School's memories have just taken their place in my unforgettable mind.

Thanks so much for teacher, G11-Exturanova, 10-12 D, special big thanks for my room-mates and IRD.
I'm zero without all of you.

Ps : Thanks so much Nurul, Dilla, Hani yang selalu mensupport dan mendoakan. Love you guys.

Jumat, 03 Mei 2013

LULUS

Tahun ini adalah saat terakhir untuk ADE NUR AZIZAH DAN NURUL EKAYANTI merasakan masa SMA mereka. Tidak terasa usia kami semua sudah menginjak 17tahun terkecuali si kecil HANNI yang sekolahnya terlalu cepat sehingga setara dengan angkatanku,padahal seharusnya dia menjadi adik kelasku..heeheh.. oke jadi bagaiman kesiapan ADE dan NURUL?? Sudah siap merasakan dunia perkuliahan yang tidak lagi di tuntut untuk mengerjakan tugas seperti disekolah??? (amin ya ALLOH mereka lulus semua).. apakah wajah kalian yang imut-imut itu akan menjadi tampak tua saat kuliah nanti??? (hahahah peace nek). Kalian sudah beranjak dewasa kakak-kakakku yang sekarng lagi gregetan menunggu hasil ujiannya yang katanya 20 paket dan beresiko banyak yang tidak lulus??? Walau jarak dan tempat kita sangat jauh,harus menempuh beribu kilometer menggunakn pesawt yang berjam-jam lamanya sampe pantat keram duduk di pesawat… Do you know? Iam really miss you… can we meet again? Like a moment in junior high school. I can’t answer the question now, but one day I know we will meet again..!!! tahun depan adalah giliran aku dan DEWI HAJAR (HANNI) yang akan meneruskan ujian nasionaal itu (kalau UN masih dilaksanakan,habis dengar-dengar UN mau di hapus 3BERIBU-RIBU amin terucap heheheh) dan nggak nyagka bentar kami juga aan tua kayak kalian berdua.. (oh nooo,,,g mau imutku hilang,biar hanni saja ya ALLOH #doa ngaur).. hah lelah juga mengeposting panjang lebar kayak gini rasanya pegel-pegel emmakkkkk pijitin dong jari-jariku… (maklumlah 1 tahun lebih vakum dari blog ini heheheh,, *buat muka tidak berdosa) Oke,,good luck buat nurul dan ade yang mau tes masuk universitas,kalau g tembus ada musamus menanti dimerauke wkwkwkwkwk